Jumat, 13 Juni 2014

Inikah surpresssnya??

Maaf jangan mengucapkan selamat untuk saya !
Maaf jangan memuji saya !
Appresiasi Anda salah !
Pasti ada sesuatu yang salah atas semua ini !
Siapa yang merequest saya ?!

Ucapan apa yang tepat kiranya aku ucapkan?
subhanallah...!
Alhamdulillah . .. .!
Allohu Akbar. . ..!
masya Allah !
innalillah. .. .. .!
astaghfirullah. . .. . !
semua ucapan itu adalah baik, tapi yang paling tepat  untuk kuucapkan saat ini??? 
perbanyak istighfar!!!!! iringi lahaula wa la quwwata illa billahil 'aliyil 'adziim

Maaf aku cukup emosi, tapi seorang teman di sampingku meyakinkan bahwa aku tipe orang yang bisa santai, keep calm dengan segala keadaan. Ahh...ini tidak, jika engkau menilai ini prestasi, itu salah, jika engkau menilai ini kepercayaan, tidak pas. Jika engkau menilai karena kemampuanku juga salah, jika ini itu kau katakan : semua negosiasi bagiku. Kenapa semua tertuju padaku? Aku hanya ingin menjadi bukan siapa-siapa, menjadi diriku saja.

"Bu. . . . njenengan itu memiliki kemampuan yang belum terasah, entah apa itu! Njenengan seperti ingin menemukan sesuatu itu." Tatapannya cukup tajam, dengan tenang dan pasti seorang teman mencoba memberi pengertian.
Aku tahu, ketika temanku diam sambil memperhatikanku dengan seksama pasti ada sesuatu yang serius dalam penilaiannya untukku. Dan dia terlalu jujur, menurutku penilaiannya cukup berlebihan jika langsung di depanku.
"Gantian njenengan yang pandai menganalisi sekarang." sahutku. Dia sering mensharingkan sesuatu yang akhirnya aku yang panjang lebar, memberikan opini dan interpretasi sehingga dia menuduhku punya analisisku tajam.
"Ya, dan mungkin karena saya masih di sini? Tidak apa jika memang bukan harus di sini" kembali ungkapan ini yang aku gunakan, entahlah.
 >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Jumat siang pekan lalu, saat makan seorang teman di depanku terlebih sering membuatku semakin menghindar dari pembicaraan. "Saya hanya punya 2 pertanyaan, dan jawabannya singkat saja Bu !" sambil menemani makan siang, aku sudah punya feeling yang tidak keliru dan itulah yang aku hindari.
"Bagi saya menjawab dengan singkat pertanyaan njenengan itu lebih sulit daripada ketika saya memberi penjelasan panjang lebar untuk anak-anak Bu." jawabku
Aku memang tidak bisa berlari, dan aku tidak bisa bersembunyi. Dan, aku memang harus menghadapi apa yang selalu aku hindari. Ketika itu sudah terkait urusan pribadi. Aku lebih suka membahas hal lain, bukan diri sendiri.

Jumat siang ini meskipun sebentar sebelum masuk ruangan, silaturahim singkat bertemu dengan seorang ummahat "ummu Aina" di depan. Menyapa ramah, dan masih berkesan dengan masa ketika beliau masih jadi wali murid saya. Dan aku berkesan, karena entah mengapa beliau cukup akrab dan ramah ketika bertemu denganku. Tak sungkan untuk bertanya banyak hal kepadaku, sampai hal yang agak detail sekalipun. Beliau mengulang-ulang untuk mempersilahkan aku mampir ke rumahnya, dengan senang hati beliau akan menanggapi. "ahh Buk, tapi sudah bukan home visit namanya." sahutku. 

Aku juga masih berkesan dengan putrinya, bagus dalam karya seninya, tekun, dan rapi. Di math-nya saja yang sering bingung jika analisis atau memahami pemecahan masalah. Hee..entah sengaja atau tidak sering juga aku usil, soal tesnya atau urutan apanya sering tak buat berurutan dengan selebritis kelas waktu itu...sang kapten bola,... teman-temannya nanti terus bersorak heboh.
Akupun jadi cukup kaget, ketika beliau sampai memberikan perhatian dengan pertanyaannya yang menurutku, surprise! Yaa Allah begitu dekat seolah aku dengan orang-orang yang semisal beliau, tidak asing rasanya. Meskipun dengan niqab yang rapat, tapi suaranya sangat aku hafal. Nanti, putrinya yang ke-2 rencana akan mengikuti jejak mbaknya di Ar Ridha Sewon jelas beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar