Kamis, 29 Mei 2014

Ujian Pendengaran, penglihatan, dan hati

Ujian Pendengaran, penglihatan, dan hati 

Ketika, was-was, bisikan, dan segala yang melalaikan
menjadi polusi di mana-mana
Memang sulit menjaga pendengaran 
Tapi, ingatlah pada Dzat yang Maha Mendengar setiap bisikan
Memang sulit menjaga penglihatan
Tapi, ingatlah pada Dzat yang Maha menyaksikan setiap perbuatan
Memang sulit menjaga hati dari segala kotoran, was-was dan godaan
Tapi, senantiasa bermohonlah pada Dzat yang membolak-balikkan
Bukankah pada AR Rahman hati itu ada dalam genggaman?

Ketika seluruh pendengaran, penglihatan dan hatimu
di galau remang kelabu dunia dan sekelilingmu
lalu jiwamu lemah, mengkerdil tiada bangkit
ingatlah , inilah laga perjuangan
kemana kamu akan berdiri sepasukan
atau kamu lari tiada keberanian
nafsumu selalu membelenggu kemerdekaan jiwamu
rontokkan segala kotoran qolbumu
jadilah karang kokoh yang tiada gentar dihempas gelombang
jadilah air yang mempunyai kekuatan menawan
ia sanggup melobang bebatuan meski dengan tetesan demi tetesan

Minggu, 25 Mei 2014

Dimensi Qolbu

Membahas soal qolbu, ruh dan jiwa sesungguhnya amat sedikit pengetahuan manusia tentangnya. Dan pengetahuan itu masih dalam pengertian yang relatif dan terbatas. Demikian pula upaya untuk menggali potensinya untuk menemukan jati diri kita yang paling sejati dalam rangka menempatkan diri di hadapan Allah, manusia, dan alam.

Seluruh potensi qolbu mesti disinari oleh cahaya Ilahi (ruh kebenaran), sehingga ia kan tetap berada di  jalan kebenaran. Dan inilah tugas manusia yang paling berat, mengingat peranan syetan yang dengan gigih berusaha untuk memadamkan cahaya Ilahi untuk menggantinya dengan nyala api dengan muatan elemen yang lebih rendah yang fana dan penuh nafsu amarah.


Untuk memelihara cahaya qolbu itu, kita mesti mengetahui dimensi-dimensi qolbu serta fungsinya sebagai berikut :

  • Fu'ad, merupakan potensi qolbu yang berkaitan dengan indrawi, mengolah informasi, yang sering dilambangkan dengan otak manusia. Ia mempunyai tanggungjawab intelektual yang jujur, kepada yang dilihatnya. Potensi ini selalu merujuk pada objektivitas, kejujuran, dan jauh dari sikap kebohongan.
"Hatinya adalah tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya." (QS An Najm : 11)

"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya." (QS Al Isra' " 36)

"Semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu (fu'adaka)" (QS Huud : 120)

"Demikianlah Kami perkuat hatimu (fu'adaka) dengannya (Al Quran) dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)." (QS Al Furqon : 32)
  • Shadr, merupakan potensi qolbu yang berperan untuk merasakan dan menghayati rasa (marah, benci, cinta, indah, afektif). Potensi shadr adalah dinding hati yang menerima limpahan cahaya keindahan sehingga mampu menerjemahkan segala sesuatu yang serumit apapun menjadi indah dari karyanya.
"Sesungguhnya Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu." (QS Al Ankabut : 49)

"Allah akan melegakan hati orang-orang yang beriman." (QS At Taubah : 14)

"Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati." (QS Ali 'Imron : 119,154)
  • Hawaa, merupakan potensi qolbu yang menggerakkan kemauan. Didalamnya ada ambisi, kekuasaan, pengaruh, dan keinginan untuk mendunia. Potensi hawaa selalu cenderung membumi dan merasakan kenikmatan dunia yang bersifat fana. Fitrah manusia yang dimuliakan Allah akhirnya mudah tergelincir untuk terpikat oleh dunia
"Kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat-derajatnya) dengan ayat-ayat itu. Tetapi, dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah." (QS Al A'raf : 176)

"Berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (QS Shaad : 26)
"Janganlah kamu mengikuti hawa nafsumu karena ingin menyimpang dari kebenaran." (QS An Nisaa : 135)
Ketiga potensi qolbu tadi berada dalam bilik-bilik qolbu yang bertugas dan berfungsi sesuai dengan peranannya masing-masing. Dalam berhubungan dengan dunia luar atau menerima rangsangan, ketiga potensi tadi akan memberikan respon dalam bentuk perilaku. Pertentangan bathin manusia tidak akan dapat dihindarkan, dan ia akan terus berkecamuk sesuai dengan kadarnya. Pertentangan tersebut tidak akan terhenti karena setiap potensi mempunyai ciri dan hamparannya sendiri-sendiri (saghafa) dalam mengolah respon keluar.

Pada hakikatnya ketiga potensi tersebut akan bekerjasama dan saling mengisi. Hanya dalam tindakannya tergantung pada potensi mana yang paling dominan. Sehingga, kelak akan tampak struktur kepribadian dengan berbagai bentuk : 1 dimensi, 2 dimensi, atau 3 dimensi.

Keseluruhan interaksi dari ketiga potensi itu kemudian akan dirangkum dalam penampakan "nafs" dalam kaitannya dengan dunia luar. >>>bersambung

(sumber bacaan : Kecerdasaan Ruhani, GIP)

Minggu, 04 Mei 2014

Dan gunung-gunung yang ditegakkan...

"Apakah kamu mengira bahwa gunung-gunung itu tetap diam di tempatnya ?. . ."
"Dan gunung-gunung sebagai pasak (bumi)" An Naba
"Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh" An Nazi'at

Pagi ini, Ahad 4 Mei 2014 seperti biasanya perjalanan saya ke arah utara menuju kota Jogja. Pandangan mata saya disambut oleh bentangan sawah yang menghijau dengan selimut putih embun pagi hari yang bercahaya karena pantulan sinar matahari yang cukup cerah. Pemandangan kedua saya selalu tertuju di kejauhan sana arah ujung utara Jogja, simbol kekuatan alam yang tersembunyi dibalik ketenangan, kekokohan yang sunyi dengan pemandangan yang misterius bagiku, yaa 2 saudara Merapi dan Merbabu. Ketika cuaca pagi mendukung kadang tepat cahaya matahari menyibak pula di kejauhan di arah Barat Laut dua saudara yang lain Sindoro dan Sumbing yang sama-sama puncaknya menjala langit. Hmmm....selalu ingatan ini adalah betapa kecilnya manusia ini, diantara ciptaan-ciptaan-Mu yang lainnya. Namun manusia sering merasa besar, berkuasa atas banyak hal lalu sombong dan lupa diri.

Pagi ini terbersit tanya dalam hatiku,ketinggian Merapi berapa yaa sekarang? Setelah dua kali letusan 2006 dan 2010 kulihat dia tetap tampak begitu gagah, tinggi dan tambah tinggi yaa? Pandangan mata tidak bisa mengukur ketinggian kan, karena bukan alat ukur tinggi jika bisa hanya perkiraan relatif lebih atau kurang. Pertanyaanku ini juga pernah terbersit pada perjalanan ke Jogja lewat jalan Paris arah ringroad selatan, Sabtu/29 Maret di antara mendung yang kelabu ada kenampakan warna biru yang jelas mencolok dan itu adalah bagian badan gunung Merapi yang kulihat seperti tampak lebih dekat, jelas atau lebih besar? Sekali lagi pandangan mata  memang bukan alat ukur maka hasilnya relatif, faktor optis sangat dipengaruhi kondisi cuaca saat itu juga. 

Terkait pertanyaanku yang pertama, andai jika Merapi itu tumbuh terus semakin tinggi, dan berhasil mencapai >3000 dpl wah apa kiranya nanti yang mungkin terjadi? Bukankah untuk mencapai ketinggian itu tidak sulit, dengan aktivitas pada usianya sekarang ini yang sangat produktif menghasilkan timbunan stok lava padat di permukaan ? Tentu dengan catatan menunda dulu erupsi-erupsi kecil yang bisa meruntuhkan atau mengurangi ketinggian puncak gunung. Masya Allah.... aku langsung menjawabnya jangan sampai. Tentu kembali saja dengan karakter dan tipe siklus letusan yang sudah dimiliki saja. Dan itu malah akan baik-baik saja. Yang kuingat ini adalah Jawa, dan ini adalah di tengah Pulau Jawa, selain jumlah kepadatan penduduknya juga Merapi adalah center of point dari sebuah keseimbangan di sebuah persimpangan atau pertemuan dua garis linear yang saling berpotongan. Kajian ilmiah yang tidak dipublikasikan memang banyak sehingga banyak yang kita tidak tahu sebagai orang awam terkait ilmu geologi, geofisika yang secara khusus mengkaji lebih banyak. wallohu a'lam --> next