Minggu, 15 Juni 2014

Renungan Cinta


‎"BEGINILAH CARAKU MENCINTAIMU"

Ada kekasih yg membuktikan cintanya dengan jutaan kalimat ,pujian dan rayuan,,Adapula dengan sikap nan penuh kasih..
Tak sedikit dengan pengorbanan yg meluluh lantakkan harga diri
Ada pula dengan menguras tenaga dan materi.

Namun bagiku, aku mencintaimu dengan menundukkan wajahku padamu, bukan karena ku ingin berpaling darimu,
Tapi karena ku ingin menjaga pandanganmu dari panah-panah iblis.

Ku mencintaimu dengan tidak melemah lembutkan suaraku padamu, bukan karena aku ingin menyakitimu namun karena aku ingin menjaga hatimu dari bisikan syaitan yg menipu.

Ku mencintaimu dengan menjauh darimu
Bukan karena aku membencimu, namun karena ku ingin menjagamu dari khalwat yg menjebak.

Ku mencintaimu dengan menjaga dirimu dan diriku,
Menjaga kesucianmu dan kesucianku,
Menjaga kehormatanmu dan kehormatanku,
Menjaga kebeningan hatimu dan hatiku.

Cinta...

Tak mengapa saat ini qita jauh,

Aku tidak mendengarmu tidak melihatmu tidak ada sapa denganmu
karena kelak Allah yg akan menyatukan qita dalam ikatan sucinya..
Karena itu jauh lebih berarti,
Jauh lebih abadi,
Karena aku yakin janji Allah adalah pasti,
Wanita yg baik untuk laki-laki yg baik.

Seperti inilah ku mencintaimu dengan menjaga kesucian diri, jiwa dan hatiku hanya untuk ku persembahkan padamu kelak.

Oleh karena itu cinta...
Jaga kesucian cintamu juga hanya untukku.

Ya Rabb..
Pada-MU ku titipkan cintaku pada nya...

Kutitipkan dia pada-MU jua . . . .  Aamiin..



(inspirasi : insyaAllah islam jaya )

Jumat, 13 Juni 2014

J u N i 2 2


JUNI sebuah bulan di mana ada moment yang menjadikan sebuah ketiadaan menjadi ada. Sebuah rupa menjadi dikenal oleh dunia. Sebuah senyuman untuk kehidupan yang mencintainya, kemudian rela berkorban untuk melindunginya, sebuah nama dirangkai untuk menyapanya. 

22 sebuah angka yang satu saja, tidak terulang kecuali setelah bersanding dengan nilai tempat lainnya ratusan, ribuan, dst. Ada pada setiap bulan yang ada, namun hanya ada satu pada bulan yang menjadi moment, sebuah tangisan sekaligus senyuman begitu indahnya terangkai untuk sebuah cinta. 

IBU. . . . . sholawat, salam, dan doaku untukmu. Selimut kasih sayangmu tidak akan pernah usang dimakan waktu, telah kau renda bersama Bapak benang-benang cinta itu untukku.

Sosokmu, akankah mewujud pada diriku? seiring waktu, suatu saat, pada sebuah masa ? 


_______________________________________________________________________
Masya Allah semua PASS untukku. Pesan Ilahi lewat orang-orang yang tulus mengingatku dalam  doa:

  1. Keberkahan yang selalu kita minta pada Allah, dalam setiap rezki, usia, ilmu.
  2. Moga bisa lebih mencintai orangtua
  3. Moga bisa lebih bermanfaat lagi
  4. Dalam berjuang, moga lebih sabar dan mampu lebih tegas dalam bersikap.
  5. Amiin yaa, mujib as sailin



Inikah surpresssnya??

Maaf jangan mengucapkan selamat untuk saya !
Maaf jangan memuji saya !
Appresiasi Anda salah !
Pasti ada sesuatu yang salah atas semua ini !
Siapa yang merequest saya ?!

Ucapan apa yang tepat kiranya aku ucapkan?
subhanallah...!
Alhamdulillah . .. .!
Allohu Akbar. . ..!
masya Allah !
innalillah. .. .. .!
astaghfirullah. . .. . !
semua ucapan itu adalah baik, tapi yang paling tepat  untuk kuucapkan saat ini??? 
perbanyak istighfar!!!!! iringi lahaula wa la quwwata illa billahil 'aliyil 'adziim

Maaf aku cukup emosi, tapi seorang teman di sampingku meyakinkan bahwa aku tipe orang yang bisa santai, keep calm dengan segala keadaan. Ahh...ini tidak, jika engkau menilai ini prestasi, itu salah, jika engkau menilai ini kepercayaan, tidak pas. Jika engkau menilai karena kemampuanku juga salah, jika ini itu kau katakan : semua negosiasi bagiku. Kenapa semua tertuju padaku? Aku hanya ingin menjadi bukan siapa-siapa, menjadi diriku saja.

"Bu. . . . njenengan itu memiliki kemampuan yang belum terasah, entah apa itu! Njenengan seperti ingin menemukan sesuatu itu." Tatapannya cukup tajam, dengan tenang dan pasti seorang teman mencoba memberi pengertian.
Aku tahu, ketika temanku diam sambil memperhatikanku dengan seksama pasti ada sesuatu yang serius dalam penilaiannya untukku. Dan dia terlalu jujur, menurutku penilaiannya cukup berlebihan jika langsung di depanku.
"Gantian njenengan yang pandai menganalisi sekarang." sahutku. Dia sering mensharingkan sesuatu yang akhirnya aku yang panjang lebar, memberikan opini dan interpretasi sehingga dia menuduhku punya analisisku tajam.
"Ya, dan mungkin karena saya masih di sini? Tidak apa jika memang bukan harus di sini" kembali ungkapan ini yang aku gunakan, entahlah.
 >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Jumat siang pekan lalu, saat makan seorang teman di depanku terlebih sering membuatku semakin menghindar dari pembicaraan. "Saya hanya punya 2 pertanyaan, dan jawabannya singkat saja Bu !" sambil menemani makan siang, aku sudah punya feeling yang tidak keliru dan itulah yang aku hindari.
"Bagi saya menjawab dengan singkat pertanyaan njenengan itu lebih sulit daripada ketika saya memberi penjelasan panjang lebar untuk anak-anak Bu." jawabku
Aku memang tidak bisa berlari, dan aku tidak bisa bersembunyi. Dan, aku memang harus menghadapi apa yang selalu aku hindari. Ketika itu sudah terkait urusan pribadi. Aku lebih suka membahas hal lain, bukan diri sendiri.

Jumat siang ini meskipun sebentar sebelum masuk ruangan, silaturahim singkat bertemu dengan seorang ummahat "ummu Aina" di depan. Menyapa ramah, dan masih berkesan dengan masa ketika beliau masih jadi wali murid saya. Dan aku berkesan, karena entah mengapa beliau cukup akrab dan ramah ketika bertemu denganku. Tak sungkan untuk bertanya banyak hal kepadaku, sampai hal yang agak detail sekalipun. Beliau mengulang-ulang untuk mempersilahkan aku mampir ke rumahnya, dengan senang hati beliau akan menanggapi. "ahh Buk, tapi sudah bukan home visit namanya." sahutku. 

Aku juga masih berkesan dengan putrinya, bagus dalam karya seninya, tekun, dan rapi. Di math-nya saja yang sering bingung jika analisis atau memahami pemecahan masalah. Hee..entah sengaja atau tidak sering juga aku usil, soal tesnya atau urutan apanya sering tak buat berurutan dengan selebritis kelas waktu itu...sang kapten bola,... teman-temannya nanti terus bersorak heboh.
Akupun jadi cukup kaget, ketika beliau sampai memberikan perhatian dengan pertanyaannya yang menurutku, surprise! Yaa Allah begitu dekat seolah aku dengan orang-orang yang semisal beliau, tidak asing rasanya. Meskipun dengan niqab yang rapat, tapi suaranya sangat aku hafal. Nanti, putrinya yang ke-2 rencana akan mengikuti jejak mbaknya di Ar Ridha Sewon jelas beliau.

Minggu, 08 Juni 2014

jangan ghibah, jangan dusta !

Pada pekan-pekan terakhir, beberapa pesan dan nasehat yang aku dapatkan adalah terkait dengan perkataan. Pesan untuk lebih berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata, mendengarkan pembicaraan, menyimak obrolan, dan yang semisal terkait dengan lisan dan pendengaran.
Terkait dengan lisan, pesan yang utama adalah jauhilah segala pembicaraan yang muaranya adalah ghibah/menggunjing/memperbincangkan kejelekan/aib orang lain. Yang kedua, jauhilah segala perkataan dusta meskipun itu hanya bergurau agar orang lain tertawa.
Awalnya adalah mendengar/menyimak/mengikuti pembicaraan orang -->menjadi terampil berbicara hal yang sama -->mudah mengejek, mengumpat, menjelekkan orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain. 
Ghibah, menurul Al Ghazali adalah terjadi karena ada teman yang menimpali ucapan kita meskipun hanya dengan anggukan, mengiyakan, atau dengan bahasa semisal, yes,, hooh,,pancen,, dsb_mufrodat kata zaman socmed sekarang lebih banyak ++ respon yang lainnya semisal insert gambar, dsbJika anda punya socmed, cek pilah, pilih mana yang masuk kategori ghibah? komen yang terkomen panjang sekaliii.


Minggu, 01 Juni 2014

Belajar dari Para Wanita Hebat

Bismillah. . . 
Pagi ini aku mulai aktivitas pagiku dengan mengikuti KAP di Bantul saja. Meskipun pagi ini guru ngaji yang biasanya mengisi tidak hadir, aku bisa bersilaturahim dengan teman-teman yang aku kenal di sana. Dan sekali lagi,ada kesempatan curhat seorang teman yang akupun menyimaknya. Hmmm. . . wanita yang selalu peka dengan perasaannya, dan jika itu terkait dengan perhatian orang lain, berhati-hatilah dengan perasaan.