Selasa, 21 Oktober 2014

Wahai Jiwa yang Gelisah . . .

Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata
#WSRendra

Wahai jiwa yang gelisah, . . Bangkitlah ! Raih ketenangan dengan perjuanganmu melaksanakan kata-kata. Satukan ia dengan bisikan hati nurani yang tulus mengajakmu meraih ridha Ilahi. Gerakkan tubuhmu, jauhkan dari bumbu kemunafikan yang akan menghancurkan.

Wahai jiwa yang gelisah, . . Bangkitlah ! kibarkan bendera kejujuranmu ! Satukan semua dalam lembut tutur bahasamu, dalam santun gerak tubuhmu, dalam kemuliaan akhlakmu ! Bangkitlah dari tidurmu ! Dekati surga keridhaan-Nya yang selama ini engkau rindukan. 

Kenanglah perjuangan Bilal dalam melaksanakan kejujuran kata-kata. Tidak satupun kekuatan yang menggeser kokohnya berdiri setiap kejujuran. Kenanglah Ka'ab, di setiap sepi sunyi pengasingan, ia sadar Allah selalu bersamanya. Kenanglah Abu Bakar As Shidiq, Ali Kw yang tak ingin berdusta meski pintu langit menghalalkannya, kenanglah Ustman, Umar bin Khatab dalam kejujurannya memperjuangkan kalimat La ilaha illallah.


Minggu, 19 Oktober 2014

Piwulang Guru_ dalam ngaji bareng Cak Nun

Semalam bukankah sang guru sudah memberikan piwulangnya? 
Bukan diruang-ruang berderet kursi yang rapi 
Dalam kebersamaan duduk sama rendah berdiri sama tinggi
Di tanah lapang terbuka, dinginnya malam memuai 
Oleh hangatnya salam hangat bersholawat bersama
Masih ingatkah dengan pesan-pesannya?
Pitutur sang Guru didengar, disimak, disimpan direlung-relung qolbu
direfleksi dimaknakan pada kesibukan esok hari
di pelosok-pelosok desa. ..  dipinggiran-pinggiran kota
semua pesan disampaikan... dalam maiyah kebersamaan

in memoriam awal tahun 2000 - 2003 ngaji bersama @caknun
sampailah dipelosok desaku juga. .. . #Patalan, 19 Oktober 2014
Bersyukur Allah selalu hadirkan di tengah-tengah ummat disetiap zaman dan tempat, orang yang mau 'ngopeni' sekian banyak titipan-Nya.
meski tak hadir, teman-teman banyak yang antusias tanpa memandang latar
belakang apa. Bukankah disitulah kita belajar? ukhuwah terbangun, sebuah kebersamaan.

Kamis, 16 Oktober 2014

Selepas Isya' ini . . . .

Dari salam pembukaan hingga pengantar pawuningan, semua serius disampaikan oleh mbah Kaum dari speaker masjid kampungku. Aku menyimak seksama, dengan berdoa dalam hati semoga berita yang tidak mengagetkan, dan kami bisa menerima dengan lapang hati. Pun, pada inti pawuningan akhirnya kami yang di rumah serentak mengucap doa istijraj "innalillahi wa inna ilaihi roji'un". 
Sebuah berita duka dari tempat yang agak jauh, dengan nama berinisial Nur* di Kebumen. Kami yang di rumah serempak, bertanya, "kira-kira apa sebab dia meninggal? " kalau faktor fisik rasanya tidak mungkin, adakah karena motif lain? Apakah terjadi sesuatu yang menyebabkan dia sampai meninggal? Masku berspekulasi pasti ada motif sebab akibat.

Kepergiannya dari kampung kami, dua setengah bulan yang lalu mungkin melegakan bagi banyak orang juga bagi keluarganya. Kepergiannya, kembali sebuah pengantaran paksa hasil keputusan warga lewat tokoh-tokoh kampung setelah keluarga menyerahkan penanganan untuk si N. Ya, Ramadhan lalu. Di awal bulan Rmdh dia masih terlihat rajin untuk bisa ke masjid dengan segala maksud untuk bisa merasakan suasana ramadhan. Ketika takjil, mengantri di takjil, ketika taraweh menyusul di shof sholat dengan bacaan sekeras imam, dengan hafalan yang juga sama lancar seolah dia mencocokkan kembali hafalannya di waktu dia normal dulu.

Sejak awal tahun 2000an, masih ingat semasa aku kuliah dulu dia kerja pernah melaju dengan bus jalur 2 menuju Mbesi Sleman Jl Kaliurang, duduk di kursi seberangku. Kerja di bangunan, mesti beberapa kali di kenal sering libur kerja karena gangguan ketidaknormalannya kambuh. Dia sebenarnya, cukup pintar dulu juga tipe orang yang tidak aneh-aneh masa sekolah SMP yang kukenal cukup pandai. Orangnya cukup dekat dengan masku, ketika masku pulang kampung dari Bogor sering jagong lalu jajan makanan ke warung sebelah rumahku. Andai, ada yang mengkaryakan dia bisa dipekerjakan dan diberdayakan dengan baik, faktor fisik kuat tinggi besar, bantu usung-usung gabah, kayu, dsb.

Perjalanan hidup seseorang itu betul-betul rahasia Ilahi. Dulu baik-baik saja, qadarullah di penghujung hidupnya dia dikondisi yang membuat prihatin. Untuk seukuran kampungku dia diungsikan beberapa kali untuk pengobatan dan terapi, dan beberapa orang yang biasa mengantar bisa membujuk dengan mudah untuk kemudian dia diangkut sampai tujuan. Mulai dari RSJ Pakem, Magelang beberapa kali, kemudian daerah Kentungan, dan terakhir dia di bawa ke sebuah pondok pesantren di Kebumen. 
Dia mengalami semacam gangguan jiwa, hilang ingatan dan bisa normal dengan bantuan pengobatan dan terapi rutin. Gangguan itu mulai awal tahun 2000an, semacam ada gangguan dari dunia lain yang tidak tertangani. Jika pengobatan terlambat atau diabaikan, dia biasanya mulai menampakkan gejala yang bisa membahayakan orang apalagi melihat kondisi fisiknya yang kuat. Meski tidak sampai kejadian yang serius atau fatal, tapi kejadian - kejadian  yang membuat cemas warga tak dapat diabaikan.

Adiknya, satu sudah berkeluarga, satunya masih berkaya tinggal dengan seorang bapak. Ibunya dulu meninggal karena sakit sekian lama. Allohummaghfirlhu warhamhu wa 'afini wa'fu 'anhu. . .  ampunilah dosanya, dan segala amalnya terimalah tetangga kami Nur*.

Kamis malam, 16 Oktober 2014