Kamis, 18 September 2014

Bahayanya Lidah . . .

Lidah.. organ yang kecil tak bertulang, tersembunyi, pandai mengecap rasa, sering diabaikan ia punya andil yang besar, apakah membuat hidup jadi bahagia atau sengsara, dunia aman sentosa atau penuh petaka, keluarga utuh atau runtuh..
Lidah tak setajam pedang, tapi ia bisa melukai tanpa batas waktu kesembuhan. Ia bisa berbisa melebihi bisa mematikan, ia melebihi sembilu untuk sayatan luka yang ditinggalkan.

Maka, mengapa sampai diwasiatkan untuk kita sebanyak 3x agar menjaga lidah karena ia adalah ancaman neraka bagi yang tidak menjaganya? Maksiatnya bercabang-cabang bisa membawa pada dosa dan ancaman.

Selasa, 09 September 2014

buatlah dia tersenyum

Siang yang cukup terik, sebelum ak perempatan lampu merah di sudut kota Bantul. Masih agak cepat aku melaju... pandanganku tertuju sekilas pada seorang bapak paruh baya yang sudah agak sepuh.. ditangganya tertenteng sebuah botol, dipunggungnya dengan tas yang kelihatan cukup berat. Badannya yang kurus ramping, berjalan meninggalkan sebuah kios atau rumah. Seperti ia tak bersua calon pembeli dari dagangan yang ia tawarkan...
Oh, dia penjaja madu. Wah terpikir pengin mengerem mendadak...tapi urung niatku. pertanyaan yang masih otomatis muncul dibenakku adalah, ahh mungkinkah madu yang ditawarkan benar-benar asli? Aku biasa mempunyai persediaan untuk rumah, tapi aku biasa mengambil dari seorang teman agen herba. Tapi, aku tadi ingin berhenti dan menawar... namun tak jadi berhenti.
Aku teringat dengan peristiwa di ruang seorang dosen pembimbingku dulu. Saat masih sering ke ruangnya untuk konsult, suatu hari di ruangan dekat tangga di gedung lantai 2masuklah seorang bapak-bapak yang juga dah agak lanjut...dengan penuh harapan dia memberi salam dan menawarkan botol madu yang dibawanya. kala itu tak banyak yang dia bawa. Tapi terlihat sekali si bapak sangat berharap untuk dibeli dagangannya.
"ini asli ndak madunya pak?" tanya dosenku
"asli pak, dibeli pak! "
"berapa sebotol?"
si pedagang menyebutkan harga yang aku lupa. ternyata dosenku menawar dengan harga yang membuatku kaget, hah... ditawar 15ribu saja sebotol? padahal ukurannya seukuran botol marjan. Akhirnya pedagang minta dinaikkan sedikit, tapi dosenku billang dah jangan mahal-mahal nanti tak beli 2.
Aku pun mencoba memastikan, "itu madu asli pak? kok murah sekali..!" setelah si bapak penjual pergi dosenku dengan santai menyahutku, "ini madu memang tidak asli, ndak apa-apa. buat saja orang lain senang. iya tho?" wah pak njenengan ki masak yaa tadi nawarnya murah banget...! tur kok yaa boleh, masak itu asli!
ternyata, mau ngasih pelajaran untuk saya hari ini 'buat orang lain tersenyum'.
"wis mengko nek ngomah buat ganti gula kalau mau buat minuman Nita." :)
"njihhh pak leres." jawabku melanjutkan ke topik skripsi waktu itu... , sampai tiap lebaran juga masih kasih ucapan idul fitri, suwun pak dosen he he..he

jadi akupun malu, dengan pertanyaan dibenakku 'kira-kira asli ndak ya madunya?' saat aku di jalan kemarin siang.

Selasa, 02 September 2014

ya bunayya

 Wahai anak-anakku. . ..  betapa cabaran zaman bagai cakar-cakar mangsa yang menunggu lengahnya setiap penjagaan.

kasus demi kasus pelecehan, eksploitasi anak dari hari ke hari yang terjadi pada setiap usia jenjang sekolah.... bertambah daftar panjangnya. Lingkungan rumah... sekolah....masyarakat yang semakin egois!
#ceritateman  pagi ini telah membuka mata,... bahwa benteng utama untuk anak adalah keluarga, kemudian lingkungan yang aman dan kondusif untuk mereka, dan banyak bukti nyata teknologi informasi yang menjadi mata pedang yang bisa merobek dan membunuh masa depan mereka.

menjadi ashabul kahfi. . . .
akidah tauhid yang benar !