Minggu, 04 Mei 2014

Dan gunung-gunung yang ditegakkan...

"Apakah kamu mengira bahwa gunung-gunung itu tetap diam di tempatnya ?. . ."
"Dan gunung-gunung sebagai pasak (bumi)" An Naba
"Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh" An Nazi'at

Pagi ini, Ahad 4 Mei 2014 seperti biasanya perjalanan saya ke arah utara menuju kota Jogja. Pandangan mata saya disambut oleh bentangan sawah yang menghijau dengan selimut putih embun pagi hari yang bercahaya karena pantulan sinar matahari yang cukup cerah. Pemandangan kedua saya selalu tertuju di kejauhan sana arah ujung utara Jogja, simbol kekuatan alam yang tersembunyi dibalik ketenangan, kekokohan yang sunyi dengan pemandangan yang misterius bagiku, yaa 2 saudara Merapi dan Merbabu. Ketika cuaca pagi mendukung kadang tepat cahaya matahari menyibak pula di kejauhan di arah Barat Laut dua saudara yang lain Sindoro dan Sumbing yang sama-sama puncaknya menjala langit. Hmmm....selalu ingatan ini adalah betapa kecilnya manusia ini, diantara ciptaan-ciptaan-Mu yang lainnya. Namun manusia sering merasa besar, berkuasa atas banyak hal lalu sombong dan lupa diri.

Pagi ini terbersit tanya dalam hatiku,ketinggian Merapi berapa yaa sekarang? Setelah dua kali letusan 2006 dan 2010 kulihat dia tetap tampak begitu gagah, tinggi dan tambah tinggi yaa? Pandangan mata tidak bisa mengukur ketinggian kan, karena bukan alat ukur tinggi jika bisa hanya perkiraan relatif lebih atau kurang. Pertanyaanku ini juga pernah terbersit pada perjalanan ke Jogja lewat jalan Paris arah ringroad selatan, Sabtu/29 Maret di antara mendung yang kelabu ada kenampakan warna biru yang jelas mencolok dan itu adalah bagian badan gunung Merapi yang kulihat seperti tampak lebih dekat, jelas atau lebih besar? Sekali lagi pandangan mata  memang bukan alat ukur maka hasilnya relatif, faktor optis sangat dipengaruhi kondisi cuaca saat itu juga. 

Terkait pertanyaanku yang pertama, andai jika Merapi itu tumbuh terus semakin tinggi, dan berhasil mencapai >3000 dpl wah apa kiranya nanti yang mungkin terjadi? Bukankah untuk mencapai ketinggian itu tidak sulit, dengan aktivitas pada usianya sekarang ini yang sangat produktif menghasilkan timbunan stok lava padat di permukaan ? Tentu dengan catatan menunda dulu erupsi-erupsi kecil yang bisa meruntuhkan atau mengurangi ketinggian puncak gunung. Masya Allah.... aku langsung menjawabnya jangan sampai. Tentu kembali saja dengan karakter dan tipe siklus letusan yang sudah dimiliki saja. Dan itu malah akan baik-baik saja. Yang kuingat ini adalah Jawa, dan ini adalah di tengah Pulau Jawa, selain jumlah kepadatan penduduknya juga Merapi adalah center of point dari sebuah keseimbangan di sebuah persimpangan atau pertemuan dua garis linear yang saling berpotongan. Kajian ilmiah yang tidak dipublikasikan memang banyak sehingga banyak yang kita tidak tahu sebagai orang awam terkait ilmu geologi, geofisika yang secara khusus mengkaji lebih banyak. wallohu a'lam --> next


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>==&==<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<


:) Pertanyaan dan jawaban sekenanya :)
  • Mengapa tho G Merapi di perbatasan Jogja-Jateng sering bikin horor sering batuk-batuk?-->wong batuk-batuk kok horor? kenapa disebut juga batuk-batuk wong bukan makhluk manusia namanya? sederhananya, sakit batuk kan lebih mendingan meski sering daripada ndak pernah sakit, lalu ketika sakit langsung klep jantungnya yang bocor atau penyakit terjadi sumbatan pembuluh darah lalu stroke, kan itu lebih horor? maaf tidak menakut-nakuti.
  • Kenapa tidak seperti gunung api lainnya, Merapi mempunyai jarak letusannya lebih sering?-->Lha memilih jarang atau pendek itu apa kita yang berkuasa menentukan, wong katanya dulu pawang gunungnya dari mbah sampai vulkanolog saja bilang_2006 ketika hampir 4 bulan Merapi punya gawe besar, tanya saja kapan Merapi mau normal wong dia sedang punya gawe_hajat atas kehendak yang Maha Kuasa? --> atau kita bersyukur saja Merapi tidak ingin menyaingi ketinggian Semeru saudara tua di Jatim, lihat ketinggian Merapi berapa sekarang, dia tawadhu setiap tambah tinggi lalu erupsi dan runtuh kembali. Jika tidak ...?? wah menakutkan lagi. 
  • Akhir-akhir ini kenapa gunung api yang ada di Jawa banyak yang statusnya pada naik level? --> masak yaa tidak boleh, manusia saja sekarang sedang merebutkan kenaikan level jabatan, gunung yang jelas bisa tambah tinggi level juga tidak boleh naik tingkat? Padahal tidak pakai suap, stok modal jauh lebih banyak dari bawah sana>
  • Apa ada saling komunikasi antar gunung api, karena yang satu aktivitas meningkat yang lain tidak mau ketinggalan? --> Bisa saja meski tidak punya panca indera dan alat komunikasi gadget, komunikasi indera keenam juga bisa.
  • Apa gunung api itu saling bersaudara, yang satu sakit batuk pilek yang lain juga ikut sakit merasakan saudaranya ? --> oiya, mereka saudara setanah tumpah darah, bahkan seikatan bathin. Lihat rumah tinggal mereka saja tak berjauhan, bersebelahan, berjajar-jajar, lahirnya juga berurutan coba cari sejarah umur masing-masing gunung itu. . .  wah jangan-jangan nanti ada milad, ada haflah keluarga juga yaa?
  • hehehe .. .. maaf sangat tidak ilmiah alias sekenanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar